Upaya Pengurus Ranting NU Karangjoho Dalam Mewujudkan Civil Society Di Desa Karangjoho
Keywords:
Civil Society, NU, ReformasiAbstract
Diskursus mengenai Civil Society sebenarnya baru populer di Indonesia sekitar awal tahun 1990-an. Kemunculan wacana Civil Society dalam banyak hal terkait erat dengan fenomena tentang kondisi sosial politik global dan meluasnya proses demokratisasi di seluruh dunia. NU sebagaimana organisasi sosial ataupun politik yang mencoba mengembangkan independensinya mempunyai potensi memperkuat civil society di Indonesia. Wacana Civil Society kembali marak diperbincangkan di Indonesia ketika terjadi perubahan kondisi sosial politik yang diseponsori oleh gerakan Reformasi. Dari latar belakang tersebut diambil rumusan masalah sebagai berikut: (1) Bagaimana upaya Pengurus Ranting NU Karangjoho dalam mewujudkan Civil Society di Desa Karangjoho Kecamatan Badegan, Kabupaten Ponorogo?. (2) Apa hambatan Pengurus Ranting NU Karangjoho dalam membangun Civil Society di Desa Karangjoho, Kecamatan Badegan, Kabupaten Ponorogo?
Untuk menjawab pertanyaan di atas, penelitian ini dirancang dalam bentuk penelitian kualitatif, dengan menggunakan metode pengumpulan data menggunakan teknik wawancara observasi dan dokumentasi. Wawancara dalam penelitian ini dilakukan kepada Pengurus Ranting NU Karangjoho. Observasi dilakukan langsung di lingkungan Ranting NU Karangjoho. Dan dokumentasi untuk mendapatkan data tambahan dalam penelitian. Dari hasil penelitian tersebut diperoleh kesimpulan sebagai berikut: Langkah yang diambil oleh Ranting NU Karangjoho dalam pengembangan Civil Society sebagai berikut, melakukan pengajian rutin dan safari ramadhan, koordinasi bersama tak’mir masjid/musholla se-Karangjoho, yasinan rutin, manaqiban, pengajian rutin kitab Al-Hikam, memiliki 2 lembaga pendidikan. 1 diantaranya berfokus pada pembelajaran Al-Qur’an dan 1 pada pendidikan kanak-kanak, aktif dalam pagelaran Reog dan tahlilan, melakukan gerakan koin NU dalam bentuk kontak infak, selalu memberikan arahan agar mampu memilih calon pemimpin yang kelak akan menjadi wakilnya di pemerintahan dengan tetap memperhatikan asas kemanfaatan.
Terdapat dua faktor yang menjadi hambatan Ranting NU Karangjoho dalam melakukan Civil Society yakni: Faktor internal yang meliputi, Kurangnya fasilitas infastruktur yang cukup, Kuranngnya masalah pendanaan, Minimnya modal sumber daya manusia, Kurangnya profesional pengurus dalam menjalankan roda organisasi, Semakin berkurangnya para tokoh sesepuh NU, Kurangnya antusiasme jamaah NU dalam kegiatan ranting. Faktor eksternal meliputi, Minimnya partnersip Ranting NU Karangjoho dan Kurang tertariknya masyarakat umum pada NU Ranting Karangjoho